Minggu, 09 Februari 2014

Suatu Pagi




Oleh : Efi Sri Handayani


Seperti biasanya mereka duduk berkumpul. Saling menceritakan kisah dan keluh kesah masing-masing. Kemudian sesuatu datang dan memecah hari-hari yang selalu sama setiap harinya. Cerita tentang kegembiraan memberi rasa kepada mereka pria-pria yang selalu duduk di pinggir jalan sana. Lalu sesuatu itu dan mereka saling mengisi, hingga tak ada lagi ruang yang sunyi dan sepi. Tak ada lagi gelap yang mampu memasuki ruang. Tak ada lagi malam yang dipenuhi dengan cerita legenda tentang pria yang tak mampu melepas kisah sedihnya. Tak ada lagi pagi yang hanya disambut oleh secangkir kopi dari warung sebelah. Tak ada lagi putung rokok sisa semalam yang mereka kumpulkan untuk dapat satu dua hisapan tembakau. Dan tak ada lagi senyum yang tertinggal dipojok meja kerja seperti abu. Sesuatu itu juga telah membuat seseorang memiliki harapan untuk digenggam setiap pagi. Melepaskan kenangan yang selama ini ia anggap pantas untuk didekap. Kini mereka tak lagi melulu duduk di pinggir jalan dan bercerita tentang kisah-kisah yang lalu. Sesuatu itu telah menuntun mereka pada sebuah perjalanan baru yang nantinya akan menjadi sebuah kisah untuk diceritakan. Sebuah cerita tentang sinema dan mimpi masa muda yang ditemani oleh pagi dan hujan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar