Senin, 24 Februari 2014

Tuan Obsesi


Oleh : Allan Soebakir

"Lihatlah negri kita yang subur dan kaya raya
sawah ladang terhampar luas samudera biru
tapi rataplah negri kita yang tinggal hanyalah cerita dan cerita cerita terussssss..."

Itulah sedikit penggalan lirik lagu Marjinal yang berjudul Negri Ngeri, sebuah anthem bagi para pengamen jalanan, bocah kentrung lem aibon, dan para punkers lokal seberang MacDonald. Sebuah lagu legendaris yang mewakili suara kaum ter-marjinal-kan. Berangkat dari latar belakang itulah lahir sebuah obsesi untuk membuat music video ini. Obsesi itu membawa SinePing nekat pergi ke Taring Babi markas mereka yang terletak di Srengseng Sawah untuk berdiskusi dengan Marjinal. Agak ngeri memang menjumpai Bob dan Mike, dua ikon punk Indonesia yang terkenal kritis ini. Tapi suasana menjadi cair karena ternyata mereka sangat ramah dan mereka pun setuju untuk di buatkan music video. Tapi di sinilah masalahnya, mereka tidak mempunyai budget, sehingga kita belum berani untuk membicarakan konsep. Belum lagi kualitas audio dari materi lagu Negri Ngeri tidak bagus, sehingga harus di-remake. Otak pun mulai berputar untuk meladeni "Tuan Obsesi".

Ada dua pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yaitu: membawa Marjinal ke sebuah studio rekaman yang bagus untuk me-remake lagu Negri Ngeri kemudian mencari pendana untuk mewujudkan obsesi membuat music video ini. Lakukan? Menyerah? Mengutip kata - kata Putra: "Begitulah Sineping , ketika dihadapkan pada sebuah pilihan yang menentukan nasib, kita akan mengatakan ya!" maju teruslah pokoknya walau kemungkinan berhasilnya cuma 1%.  Hal pertama yang gue lakukan adalah mencari studio berkualitas yang mau merekam lagu Negri Ngeri secara gratis. Entah dengan kata kiasan apalah yang tepat, rencana Tuhan atau pekerjaan alam raya, secara ajaib gue dipertemukan oleh seorang sound-enginer. Namanya Andie LB (sound-enginer untuk FOS,Steven Jam,Tony Q, dll) di studio Relasi (studionya Steven Jam). Berceritalah gue tentang misi untuk membuatkan music video Marjinal dan harus me-remake lagu Negri Ngeri. Entah terhipnotis atau bagaimana, dia meng-iya-kan untuk merekam lagu itu secara gratis dengan alasan "Gue butuh experience dengan genre punk". Gak pake lama gue langsung kontak Bob dan Mike untuk membuat jadwal Recording, tanggal pun ditetapkan dan dibawalah MARJINAL untuk recording di FOS studio (studio milik Aryo Wahab dan Bongky) di daerah Kemang. Satu pekerjaan rumah terselesaikan.

Dan inilah tujuan utamanya. Setelah lagu selesai direkam dengan hasil yang memuaskan, gue harus mencari pendana untuk membuat music video-nya. Sekali lagi, mungkin harapan gue berkolaborasi dengan alam raya mempertemukan gue dengan seseorang bernama Iman, seorang pengusaha yang sedang merintis usaha Penyewaan alat-alat syuting. Gue ceritain misi gue untuk menggarap music video Marjinal, dan doi pun tertarik untuk membantu dengan syarat logo dari Drims (kantornya) muncul di video berdampingan dengan logo SinePing. Seperti nya tidak ada alasan untuk gue bilang tidak. Akhirnya kita sepakat, Drims akan mengeluarkan sejumlah uang dan alat untuk mendukung Konsep SinePing.
Pekerjaan rumah pun selesai saatnya membicarakan konsep video. Bob, Mike dan SinePing sepakat mengambil setting di Bantar Gebang dengan adegan - adegan parodi yang menyinggung kapitalisme. Produksi music video Marjinal ini juga menandai kembalinya Haryono K. menjadi sinematografer di SinePing setelah lama Bertapa di Gunung Cinta. Produksi pun berjalan lancar dengan komando dari Cikal Ratnasari. Kami semua sempat muntah - muntah dan hampir pingsan menghadapi lokasi Bantar Gebang, tempat semua sampah menyatu dan menjadi gunung. Post-production dipegang oleh tangan dingin C.Toni dan sampai saat ini masih di meja editing, semoga bulan Maret ini sudah bisa ditonton. 

Yaaa... kira - kira seperti itulah proses pembuatan music video Marjinal ini, penuh intrik kapitalisme untuk menyindir kapitalisme ahaha :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar