Senin, 24 Februari 2014

Mistis di Awal (bagian II)


Oleh: Joshua J. Johan

Oke, sebenarnya tulisan di bawah judul 'Mistis di Awal' itu belum sepenuhnya lengkap, dan karena memang belum lengkap ya tentunya belum mistis-mistis amat. Jadi begini kelanjutannya...

Proses editing video Senjakala Cerita berjalan sekitar 3 minggu, dengan banyak pertimbangan estetis. Proses itu ternyata cukup melelahkan secara mental (apa kabar editor kami?). Setelah beberapa kali preview dan perombakan, akhirnya sampailah kami ke rendering final pada tanggal 5 Februari 2014. Huaaahh... A weight off me and me editor's mind! Praise the lord! 

Keesokan harinya adalah hari perilisan video, yaitu pada tanggal 6 Februari 2014, di sebuah bar di bilangan selatan 'Mother Town' bernama: Borneo Beer House. Perilisan video itu mengambil momen di acara THURSDAY NOISE VOL.III: SENJAKALA CERITA. Acara itu adalah sebuah pesta band-band 'noise' yang diselenggarakan oleh Jimi Multhazam, acara yang keren! Cocok dengan selera saya! 
Tidak ada alasan bagi saya untuk tidak berbahagia pada momen itu. Bagaimana tidak: pertama, video keren yang saya dan kawan-kawan garap dipertontonkan perdana ke muka umum, kedua, band-band yang main keren-keren, dan ketiga, teman-teman dekat beserta beberapa saudara saya berkumpul. Dan akhirnya kalian tau kah? Kalau pada malam itu pada pukul 24.00 adik saya dan beberapa teman saya memberi saya kue brownies dengan lilin diatasnya sambil mengumandangkan 'Happy Birthday'.

Kembali saya tarik sedikit benang waktu ke belakang. Sewaktu masa-masa editing bang Jimz sempet bilang: "Atas perkiraan cuaca baiknya perilisan videonya diundur saja sampai tanggal 6 feb". Oke, baiklah, jadi editing bisa lebih mantab lagi. Saya ini orang yang suka lupa. Saya sempet lupa waktu itu kalau 7 Februari itu tanggal lahir saya, dan lucunya, saya beberapa kali lupanya di tanggal 6 malamnya. Saya baru tersadar kalau perilisan itu bakal tanggal di 6 Februari beberapa hari sebelumnnya, saya baru sadar kalau itu sehari sebelum tanggal favorit saya. Saya pun berseri-seri. Terkadang kesadaran memiliki caranya sendiri untuk memberi kita kejutan yang menyenangkan (dan yang tidak, tentunya).

Esok harinya, tanggal 7 Februari subuh saya pulang ke rumah keluarga saya di BSD, Serpong. Saya merebahkan badan di kasur tercinta yang telah saya tinggalkan berminggu-minggu. Saya mulai mengingat dan merenungkan semua yang telah terjadi sejak saya keluar dari ruang sidang pada tanggal 14 Maret 2013, semua kejadian yang dapat ditangkap oleh panca indra dan yang tidak. Semua hingga tanggal 7 Februari 2014. Pada momen itu, diatas kasur, suara yang ada dalam diri saya berkata: betapa mistisnya kehidupan ini bergulir. Betapa misteriusnya cara Tuhan bekerja. Pikiran saya memeluk kado terbaik yang Tuhan berikan, dan saya pun tertidur.

Tuan Obsesi


Oleh : Allan Soebakir

"Lihatlah negri kita yang subur dan kaya raya
sawah ladang terhampar luas samudera biru
tapi rataplah negri kita yang tinggal hanyalah cerita dan cerita cerita terussssss..."

Itulah sedikit penggalan lirik lagu Marjinal yang berjudul Negri Ngeri, sebuah anthem bagi para pengamen jalanan, bocah kentrung lem aibon, dan para punkers lokal seberang MacDonald. Sebuah lagu legendaris yang mewakili suara kaum ter-marjinal-kan. Berangkat dari latar belakang itulah lahir sebuah obsesi untuk membuat music video ini. Obsesi itu membawa SinePing nekat pergi ke Taring Babi markas mereka yang terletak di Srengseng Sawah untuk berdiskusi dengan Marjinal. Agak ngeri memang menjumpai Bob dan Mike, dua ikon punk Indonesia yang terkenal kritis ini. Tapi suasana menjadi cair karena ternyata mereka sangat ramah dan mereka pun setuju untuk di buatkan music video. Tapi di sinilah masalahnya, mereka tidak mempunyai budget, sehingga kita belum berani untuk membicarakan konsep. Belum lagi kualitas audio dari materi lagu Negri Ngeri tidak bagus, sehingga harus di-remake. Otak pun mulai berputar untuk meladeni "Tuan Obsesi".

Ada dua pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yaitu: membawa Marjinal ke sebuah studio rekaman yang bagus untuk me-remake lagu Negri Ngeri kemudian mencari pendana untuk mewujudkan obsesi membuat music video ini. Lakukan? Menyerah? Mengutip kata - kata Putra: "Begitulah Sineping , ketika dihadapkan pada sebuah pilihan yang menentukan nasib, kita akan mengatakan ya!" maju teruslah pokoknya walau kemungkinan berhasilnya cuma 1%.  Hal pertama yang gue lakukan adalah mencari studio berkualitas yang mau merekam lagu Negri Ngeri secara gratis. Entah dengan kata kiasan apalah yang tepat, rencana Tuhan atau pekerjaan alam raya, secara ajaib gue dipertemukan oleh seorang sound-enginer. Namanya Andie LB (sound-enginer untuk FOS,Steven Jam,Tony Q, dll) di studio Relasi (studionya Steven Jam). Berceritalah gue tentang misi untuk membuatkan music video Marjinal dan harus me-remake lagu Negri Ngeri. Entah terhipnotis atau bagaimana, dia meng-iya-kan untuk merekam lagu itu secara gratis dengan alasan "Gue butuh experience dengan genre punk". Gak pake lama gue langsung kontak Bob dan Mike untuk membuat jadwal Recording, tanggal pun ditetapkan dan dibawalah MARJINAL untuk recording di FOS studio (studio milik Aryo Wahab dan Bongky) di daerah Kemang. Satu pekerjaan rumah terselesaikan.

Dan inilah tujuan utamanya. Setelah lagu selesai direkam dengan hasil yang memuaskan, gue harus mencari pendana untuk membuat music video-nya. Sekali lagi, mungkin harapan gue berkolaborasi dengan alam raya mempertemukan gue dengan seseorang bernama Iman, seorang pengusaha yang sedang merintis usaha Penyewaan alat-alat syuting. Gue ceritain misi gue untuk menggarap music video Marjinal, dan doi pun tertarik untuk membantu dengan syarat logo dari Drims (kantornya) muncul di video berdampingan dengan logo SinePing. Seperti nya tidak ada alasan untuk gue bilang tidak. Akhirnya kita sepakat, Drims akan mengeluarkan sejumlah uang dan alat untuk mendukung Konsep SinePing.
Pekerjaan rumah pun selesai saatnya membicarakan konsep video. Bob, Mike dan SinePing sepakat mengambil setting di Bantar Gebang dengan adegan - adegan parodi yang menyinggung kapitalisme. Produksi music video Marjinal ini juga menandai kembalinya Haryono K. menjadi sinematografer di SinePing setelah lama Bertapa di Gunung Cinta. Produksi pun berjalan lancar dengan komando dari Cikal Ratnasari. Kami semua sempat muntah - muntah dan hampir pingsan menghadapi lokasi Bantar Gebang, tempat semua sampah menyatu dan menjadi gunung. Post-production dipegang oleh tangan dingin C.Toni dan sampai saat ini masih di meja editing, semoga bulan Maret ini sudah bisa ditonton. 

Yaaa... kira - kira seperti itulah proses pembuatan music video Marjinal ini, penuh intrik kapitalisme untuk menyindir kapitalisme ahaha :)




Selasa, 11 Februari 2014

GEMBEL NAIK KELAS



Oleh : Haryono K. Putra

Sinema Pinggiran kali ini mendapat tantangan terberat dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.  Semenjak pertama kali kami membuat video klip di awal tahun 2010, baru beberapa hari yang  lalu kami menyelesaikan proses pembuatan video klip bersama Steven Jam. Untuk saya  pribadi, menilai kesempatan ini sebagai upaya naik kelas yang tidak gampang karena  tantangan datang untuk semua departemen, bagaimana tim produksi mengendalikan aliran  bujet yang cukup besar dari pihak Steven Jam, serta melakukan 'deal' dengan harga terbaik meski harus mengiyakan permintaan dari Steven Jam untuk menggarap 2 video sekaligus dalam 1 hari, dan bagaimana tim penyutradaraan harus  dibagi menjadi dua untuk mengeksekusi 2 video klip tersebut. Lalu dari tim artistik harus menyiapkan efek hujan (yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya) sekaligus wardrobe  dan properti yang serba biru untuk menunjang konsep selective color. Tim kamera pun  mendapat tantangan yang tidak kalah berat, kami menggunakan kamera yang belum pernah kami  gunakan sebelumnya. Kamera yang menuntut saya untuk menggali lebih dalam tentang fitur- fitur yang dimiliki, kamera tersebut kondang dengan julukan RED EPIC. Kamera tersebut juga memaksa sang editor harus paham benar dengan workflow yang sangat tidak biasa. Bagaimana  mereka harus mengolah data RAW yang dihasilkan kamera tersebut dan pencarian perangkat  editing yang nampaknya menuntut spesifikasi tinggi (maklum, laptop tercanggih yang kami  punya pun nampak lemah menghadapi data RAW dari kamera RED EPIC).

Proses pra produksi penuh dengan keluh kesah setiap individu dan pasang surut semangat  kerap terjadi. Beberapa kali kata - kata "mundur", "cancel", "ga usah aja apa ya", "gue udah perjuangin ini", "gue belum siap", dan lain lain sering terucap. Namun satu sama lain mencoba memahami kegalauan masing-masing. Saya juga sempat ragu, bagaimana tidak, kamera yang saya gunakan nanti bukan kamera biasa. Alhasil, saya mulai perlahan dengan membuka website RED.COM. Berhari - hari  saya habiskan waktu duduk di depan laptop untuk membaca dan menonton tutorial mengenai  kamera tersebut. Saya sempat merasa bahwa ini mungkin belum waktunya mengoperasikan  kamera RED, namun Christiantoni (Toni) terus memberi saya semangat agar terus  memanfaatkan kesempatan emas ini. Sembari belajar tentang kamera tersebut, saya mulai  mencari siapa assisten kamera yang tepat untuk mendampingi saya, terlebih lagi, saya juga  membutuhkan satu orang sinematografer lagi untuk video klip tambahan dari mereka yang berjudul "Gak Pake  Benci". Karena saya dari awal sudah di percaya oleh Toni untuk bertanggung jawab di video  klip "Suatu Saat Nanti". Akhirnya saya tunjuk Hendrik, dan ia pun mengiyakan. Seiring  berjalannya waktu, akhirnya konsep dari Toni sudah semakin matang. Dan saya sempat  berdialog mengenai kamera RED dan bagaimana konsep visual yang ingin dibangun dengan Gaffer saya, Fajar Ridho, (Sebelumnya kami pernah berkolaborasi di salah  satu Tugas Akhir yang berjudul 'Soemarto, dan saya puas dengan apa yang ia kerjakan  disana) ia saya nilai cukup matang dalam segi teknis dan konsep. Dan saya yakin, kali ini  ia akan memberikan yang terbaik untuk video klip ini.
Nampaknya semesta mendukung apa yang ingin dilakukan Sinema Pinggiran, satu persatu bala bantuan datang, dari tim produksi yang di gawangi oleh si gondrong Alan Soebakir, si jangkung Rison Risdiantoro, dan si cepak Josua, datang perempuan - perempuan seperti Ratih, Nova dan Vinsky. Dari departemen penyutradaraan pun dibantu oleh 2 assisten sutradara muda berbakat seperti M. Ghifar (untuk video klip "Gak Pake Benci") dan Efi Sri Handayani (untuk video klip "Suatu Saat Nanti"). Departemen artistik yang di bentengi oleh si brewok berbadan gemuk, Alfirazi (Vera) ada Jawa, Apit, Hugo, Tania, Intan, dan Nagra untuk membantu dia. Divisi kamera pun di isi oleh Hendrik, Toger, Fajar, Ken, Jempol, Ojil, dan Petir. Tahapan Recce di mulai, Epicentrum sudah berhasil di kunci cuma-cuma oleh Josua. Kehadiran banyak orang baru menurut saya sangat membantu Sinema Pinggiran dari segi teknis, maklum selama ini kami jarang mengindahkan tahapan produksi yang baik dan benar. Recce di epicentrum mengalami kendala karena satpam nampak resah melihat kehadiran kami disana. 60% shot sudah berhasil kami rancang. Namun, beberapa hari kemudian (kalau tidak salah H-5) kami dikejutkan dengan Epicentrum yang mengirim pricelist sewa lokasi. Kami panik dan mulai rapat dengan situasi yang panas. Petak Sembilan, Kota Tua dan Rooftop Parkir Menteng menjadi solusi. Namun semuanya berakhir nihil. Karena masing - masing lokasi membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk mengondisikannya. Alhasil, Toni memutuskan sekaligus berhasil mengunci penuh lokasi Junkyard di daerah TB Simatupang. H-2, kami recce...
Menjelang syuting, kendala datang bertubi - tubi. Dari divisi kamera, saya kehilangan Hendrik yang baru saja tertimpa musibah. Namun saya berusaha meyakinkan diri, bahwa ini semua harus diselesaikan dengan kemampuan terbaik yang dimiliki divisi kamera. Hingga pada hari H, Toger menggantikan posisi Hendrik untuk menjadi chief di video klip "Gak Pake Benci".
Hari H. Kamera datang pada pukul 7.00. Lokasi pertama di Teater Kecil, TIM. Semua berjalan dengan lancar. Prosedur yang saya pelajari selama masa pra produksi nampaknya dapat saya aplikasikan dengan cukup baik. Sebenarnya saya cukup kesal dengan Tian Nugroho (Buluk), selaku Director di video klip "Gak Pake Benci", karena banyak konsep yang sebelumnya pun belum sempat di rapatkan, tiba - tiba saja ingin ia ciptakan. Seperti tiba - tiba saja ada penggunaan lampu untuk scene kamar dan pemakaian lokasi baru yang sebelumnya belum pernah ia bicarakan. Namun saya tidak ingin berkeluh kesah di hari H. Satu hal yang membuat saya resah karena monitor untuk follow focus tidak menyala, alhasil Pak Marcio (pemilik Red Epic) datang ke lokasi untuk memberi solusi. Untung saja talent pria bernama Butet cukup menghibur dengan aktingnya yang kocak. Lumayan lah yaa.. Syuting selesai lumayan molor, pukul 17.00 kita pindah lokasi ke TB Simatupang. Dan itu, jam macet jalur menuju lokasi.
Sekitar pukul 19.00 saya beserta Toger dan pengawal alat sampai di lokasi. Fajar dan anak buahnya sudah men-set lampu sesuai dengan apa yang didiskusikan diawal. Ya, ini yang saya suka dari gaffer muda ini, ia selalu memiliki inisiatif secara efisien dari segi teknis untuk mencapai visual yang ingin di bangun. Kamera mulai di set diatas porta jib untuk pengambilan high angle. Vera mulai mengomandani anak buahnya untuk menyiapkan selang dan Fajar melakukan koreksi seperlunya. Suasana untuk pengambilan shot pertama begitu tegang. Bagaimana tidak, dengan type of shot lebar sesuai permintaan Toni, efek hujan tidak berhasil menciptakan logika hujan di dalam frame. Akhirnya kami mencoba menyesuaikan dengan keadaan yang ada dengan mengambil keputusan semua shot dengan efek hujan harus dengan type of shot yang sempit.
Syuting sempat tersendat dikarenakan tangki air harus di isi ulang. Hal tersebut memberi waktu luang untuk Toni dan Efi (nampaknya kolaborasi mereka saya nilai cukup brilian) mencari solusi tepat untuk mengatasi sisa waktu yang sudah tidak banyak. Alhamdulillah syuting kembali berjalan. Konsep kami berlarian dengan waktu yang sudah semakin cepat berjalan. Satu per satu shot diselesaikan dengan cukup baik. Wrap !!! Pada pukul 05.00.
Syuting selesai, mentari terbit dan diluar sana macet nampak menggila. Saatnya kami pulang untuk beristirahat. Semoga hari itu adalah momentum bagi kami semua agar terus melangkahkan kaki menembus batas, tanpa kenal lelah, tanpa kenal kata gagal. Itulah Sinema Pinggiran, bila ada kesempatan untuk bertaruh dengan nasib, kami selalu mengatakan "Iya". Setidaknya hari itu Sinema Pinggiran yang terlahir di pinggiran, sempat mencium epicnya aroma syutingan epic bersama kamera epic.

Minggu, 09 Februari 2014

Suatu Pagi




Oleh : Efi Sri Handayani


Seperti biasanya mereka duduk berkumpul. Saling menceritakan kisah dan keluh kesah masing-masing. Kemudian sesuatu datang dan memecah hari-hari yang selalu sama setiap harinya. Cerita tentang kegembiraan memberi rasa kepada mereka pria-pria yang selalu duduk di pinggir jalan sana. Lalu sesuatu itu dan mereka saling mengisi, hingga tak ada lagi ruang yang sunyi dan sepi. Tak ada lagi gelap yang mampu memasuki ruang. Tak ada lagi malam yang dipenuhi dengan cerita legenda tentang pria yang tak mampu melepas kisah sedihnya. Tak ada lagi pagi yang hanya disambut oleh secangkir kopi dari warung sebelah. Tak ada lagi putung rokok sisa semalam yang mereka kumpulkan untuk dapat satu dua hisapan tembakau. Dan tak ada lagi senyum yang tertinggal dipojok meja kerja seperti abu. Sesuatu itu juga telah membuat seseorang memiliki harapan untuk digenggam setiap pagi. Melepaskan kenangan yang selama ini ia anggap pantas untuk didekap. Kini mereka tak lagi melulu duduk di pinggir jalan dan bercerita tentang kisah-kisah yang lalu. Sesuatu itu telah menuntun mereka pada sebuah perjalanan baru yang nantinya akan menjadi sebuah kisah untuk diceritakan. Sebuah cerita tentang sinema dan mimpi masa muda yang ditemani oleh pagi dan hujan. 

"Sleep Walking Boy"







Oleh : M. Alfirazi

Saya 
ssssssssssssst sssssssst ssssssst

Josh 
ver bangun mobil box lu udah dateng noh!

Saya 
hmmm hmmm tenang josh, sopirnya suruh ngopi aja dulu ( dan saya pun tertidur lagi )

Josh 
anjrit tidur lagi, josh memercikan air dengan tangannya ke wajah saya. Untungnya bukan dengan ember ( dia masih baik )  

Saya 
bangun dari tempat tidur dan pura-pura menyibukkan diri dengan mencari Sesuatu sambil menunggu josh meninggalkan kamar .

Josh 
bangunin crew lu ver, mereka di kamar belakang 07.

Saya 
masuk ke kamar belakang 07 dan menggunci pintunya berharap josh dkk tidak menemukan saya di sini hehehehehe. jadi saya punya waktu 3 menit untuk melanjutkan tidur. saya tidur di sebelah fajar ridho ilahi ilahilah. jagoan basket dari SMU 3 bakrie tower yang di puja-puji geng nero itu. ah sedikitnya saya juga ikut bangga jadi temannya. ( fajar-fajar senyummu popular bgt sih kayak artworknya warhol hahahaha )

Josh dan Allan : 
woi bangun udah pagi! son bangun son! pak puk pak puk trang tring brak!

Allan 
lah pintunya di kunci josh, son buka pintunya prak bruk prak bruk sambil terus menggedor pintu kamar.

Josh 
siapa sih yang ngunci pintu? gedor terus lan biar pada bangun traang pak puk pak puk! bak buk bak buk criiing!

Saya :
sial! baru juga 2 menit mereka udah disini. saya pun tidak bisa melanjutkan tidur. alarm rison pun berbunyi memanggil majikannya untuk bangun *kak ricon bangun kak ricon waktunya cuting waktunya cuting ow ow ow yeah. ( bunyi alarm rison ) ah saya pura-pura tidur saja lah. ntar juga rison bangun bukain pintu. sambil mencoba memprediksi kira2 apa yang akan terjadi di lokasi syuting dan menghitung properti apa saja yang akan saya bawa ke lokasi. hans dan mandra masih menggedor pintu kamar, ( mirip penjahat di tivi yang menemukan korbannya ) berharap ada yang bangun dan membukakan pintu untuk mereka hahahahaha. alarm hp di kamar dan gedoran pintu dari luar lama kelamaan membuat saya pusing juga. huft cukup becandanya waktunya untuk bekerja. pintu saya bukakan untuk josh dan allan.

Josh dan Allan 
lu kok disini ver? bukannya lu tadi di kamar 01. mereka berdua bingung kenapa saya ada dikamar 07 setau mereka saya tidur dikamar 01.

Saya :
tadi gua ngigau  jalan josh dan pindah ke kamar ini trus tanpa sadar tertidur lagi di sini. sambil berlalu meninggalkan kamar dan mereka berdua.

Allan dan josh :
................ ?#^%&&**^$#!#$#^ * guuubrak jatuh ke lantai.

Saya : 
pit bangun, jaw bangun,saprol bangun, woi sofa bangun, bathtub bangun,pintu bangun,kasur bangun, kalian bisa jalan sendiri kan ke mobil box hahahahaha.

Sabtu, 08 Februari 2014

MODUS & Chabechabean



Oleh : Rison Risdiantoro

Asalammualaikum.. Gue mau cerita soal proses produksi Music Video Momonon dengan lagu Modus. Awal cerita gue mulai dari proses pra sampe produksi aja ye.. Kalo cerita sampe post produksi gue harus interview editornya dulu.karena pas di post produksi Momonon editor muda sineping yang berbaksduls ini langsung mulai mengedit hasil gambar yang udah kita eksekusi pada tgl 31 Januari 2014 (shooting music video Momonon 'Modus'). 
Pra Produksi music video Momonon dimulai 2 minggu sebelum shooting,tepatnya pada tgl 17 januari, gue langsung ditunjuk sebagai produser oleh kawan sekaligus Director di music video Momonon 'modus' yaitu Allan Soebakir. Allan langsung kasih tau ke gue tgl shooting dan konsep clipnya, terus gue langsung buat Design dan tim produksi untuk shooting Mv Momonon ini. Ga banyak yang berubah dari tim produksi pas waktu Shooting MV Senjakala Cerita Morfem dengan shooting MV Modus Momonon. Malahan gue dapat tambahan tim produksi,camera,dan make-up dari Ratih mahasuri (ass Producer), ga tanggung2 sidoy langsung ngajak teman2 perempuanya buat terlibat di Mv Momonon. 



Berkah buat awak2 Sineping yang semuanya adalah kaum adam, biasanya kita shooting selalu di dominasi oleh manusia2 batangan (pria) di produksi Mv Momonon ini sudah mulai ditemani oleh crew2 wanita yg ikut,ciihhuuyy. Langsung aja deh gue kenalin crew2 CABPING ( CABE-CABEAN SINEPING), di posisi Produksi ada Ratih mahasuri sebagai ketua Genk dari CABPING, Nova,dan Fatsky Lovinsky, di Posisi camera ada Yaumil Adha (Mile), di posisi Make-up & wardrobe ada Tania. Sekarang gue mulai dari proses pra produksi dimana cabe-cabean sineping ini mulai terlibat. seperti yang udah gue tulis diatas tadi, awalnya gue dapat rekomendasi crew dari Ratih buat ikut terlibat di produksi Mv Momonon, dan pada saat crew cabe-cabean mendatangi basecamp kami di Jl.Jaksa, awak2 Sineping yang semua batangan (pria) langsung pasang tampang pasang aksi, ada yang melucu, stay cool, dan sampai salah tingkah. padahal para wanita itu baru pertama kali datang ke basecamp kami, dan tujuanya pertama untuk di briefing soal jobdesk di Mv momonon. hal pertama yang gue pikirin adalah mereka (CABPING) bakal mau datang lagi ga ya ke basecamp kami dan sampai ikut di Produksi ini. karena pada awal mereka datang langsung keluar cletukan-cletukan awak2 sineping yang biasa bercletuk ria sesama teman pria kemudian mengeluarkan cletukan yang sama ke cabe-cabean ini, cletukanya si standart kita tapi mungkin bisa jadi ga standart di depan mereka,hahahha. intinya sebuah berkah ketika mereka ( cabe-cabean ) datang ke basecamp kami, karena sebelumnya belum ada para perempuan2 yang ikut produksi bareng kami, sebelumnya hanya Ratih yang ikut Produksi bareng kami di Mv senjakala Cerita Morfem, masa di produksi Mv Momonon Ratih doank lagi yang ikut? akhirnya lewat inisiatif perempuanya Ratih mengajak teman2 perempuanya untuk ikut produksi bareng kami (Sineping),Alhamdulillah...
lanjut ya setelah cabe-cabean sudah terlibat di produksi ini, briefing pra produksi pun di mulai, ga banyak problem yang gue dapet dari produksi ini soalnya jobdesk pada produksi Mv Momonon sudah mulai detail. dari Momononya pun tidak banyak menuntut macam-macam untuk produksi ini, karena konsep sepenuhnya di serahkan oleh kami, proses pra produksi pun berjalan lancar.
tiba saatnya pada Produksi shooting yang berlokasi di Arboratum bumi perkemahan Jambore, cibubur jakarta Timur. berangkat dari basecamp kami di Hostel Borneo Jl.jaksa bersama Momonon, dimana Tim artistik yang digawangi oleh Alfirazi janji berangkat lebih dulu dengan Mobil box yang berisi Property2 segede gaban. shooting dimulai dari pukul 09.00 sampai 17.00 sore. dalam shooting kali ini Allan soebakir (Director) memilih lokasi Hutan arboratum untuk music Video Modus dan menjadi satu-satunya lokasi yang kita pakai pada shooting kali ini. okeh.. segitu deh Tulisan dari gue untuk proses Pra dan Produksi Music Video Momonon. see u fren...!

MOMONON 'MODUS' on the Crew's....
Producer  : Rison Risdiantoro
ass.Prod  : Ratih mahasuri
Produksi  : Joshua J. Johan, Fatsky lovinsky, Nova
Director  : Allan soebakir
ass.Dir   : Kristian Panca (Buluk)
DOP       : Haryono Kurniawan Putra
ass.cam   : Fajar Ridho Illahi, Yaumil Adha
Artistik  : Muhammad Alfirazi
Ass.Art   : Hafidz Nurrudin, apri jawa
Make-up   : Tania tandiono
BTS       : Rahmana Oji
Editor    : Muhammad Zainal

Jumat, 07 Februari 2014

Mistis di Awal





Oleh : Joshua J. Johan

Untuk saya pribadi (Joshua J. Johan) ini adalah hal baru di hidup saya, hahaha... Terdengar lebai? Tidak juga, itu kenyataannya. Saya diberi "privilege" oleh kawan-kawan saya pionir-pionir SinePing untuk menyutradari video klip Morfem. Video yang digarap adalah lagu 'Senjakala Cerita'. Satu hal yang juga membuat ini spesial seperti mi goreng adalah: saya pribadi menyukai Morfem (kalian peduli?)

Setelah proses pra-produksi selama kurang lebih tiga minggu, akhirnya sampailah kami pada "hari-H" a.k.a SYUTING a.k.a ngitus! Waktu itu adalah 28 Desember 2013, syuting penutup tahun. Pra-produksi berjalan cukup lancar, kendati jadwal pada hari syutingnya cukup padat, kami harus syuting di tiga lokasi di Jakarta yang terpisah agak jauh, dan pastinya harus melalui anjingnya macet khas Ibu kota.

Kami bangun lalu berangkat ke lokasi pertama pukul 5 pagi dari markas besar kami: Hostel Borneo. Lokasi pertama tidak jauh dari markas kami: kantornya Jimi di menteng. Disitu kita mengambil dua scene: perform dan underwater scene. Kita sikat jam 8 sampai jam 3 kurang. Saya sempat tegang dikit waktu awal, selain memang pertama kali dan "klien"-nya bereputasi, juga gara-gara waktu untuk set alat cukup memakan waktu. Gue tegang karena breakdown jadwal syutingnya emang cukup ketat, ketat untuk mencapai target yang diinginkan, ketat bak sempak.

Lokasi kedua bertempat di daerah kota tua, aman vro! Tapi sempet terjadi sedikit drama dalam perjalanan menuju lokasi terakhir. Putra, sang DOP dan juga supir untuk divisi kamera sempat tertidur di dua lampu lampu merah beserta dua krunya. Kasihan dirinya sangat lelah. Bayangin, aid tugasnya di lapangan uds berat, masih harus ngeladenin mobil 'taft' tuanya yang tanpa power-steering dan masih manual, eux. Alhasil untuk lokasi ketiga kami ngaret. Saya sudah cukup cape' untuk tegang, pasrah saja.

Lokasi ketiga ini adalah Kedai Tjikini. Untuk lokasi ini kami harus membayar sewa, agak menyebalkanlah untuk kami sebenarnya. Oke, divisi kamera telah datang, mari kita selesaikan apa yang harus diselesaikan. Meski agak kenceng diuber waktu, tapi suasana tetap terjaga cair oleh divisi produksi beserta anak-anak Morfem. Itulah kerennya SinePing, mampu mencari celah sekecil apapun untuk tetep woles, itulah manusia Indonesia.

Akhirnya syuting selesai dengan sedikit overtime pada pukul 4 pagi. Ranjang kami datang!!! Kami syuting hampir 24 jam (mungkin karena kami kuliah di kampus 24 jam kali yee...). Sesampainya di markas, sebagian besar dari kami langsung tumbang hidup-hidup ke kasur, sebagian masih ngaso bentar di teras. Kami semua terbangun 12 jam kemudian, ada juga yang 14 jam kemudian (kemungkinan saya), jadi sebagian besar dari kami tidak sempat melihat matahari tanggal 29 Desember 2013, kami tetap beseri-seri.

Harus saya katakan, penggarapan video klip ini mistis untuk saya, a life changin' shit. Oke, saya sedikit tarik dimensi waktu ke belakang. Saya lulus sidang sarjana pada 14 Maret 2013 (sangat amat tak terasa!) dan wisuda pada bulan November. Selama jeda waktu antara kelulusan dan wisuda itu, saya habiskan dengan merenung, jalan-jalan, dan tentunya berselancar. Saya merenungkan apa yang mau saya lakukan dengan hidup saya di masa yang akan datang, mungkin hampir di setiap menitnya. Oke, saya memutuskan beberapa hal yang ingin saya capai, salah satunya ingin membuat film.

Oke, saya tarik ke belakang benang waktu itu, kenapa secara tiba-tiba memiliki minat dengan film, adalah hanya karena sewaktu saya mengerjakan skripsi saya kerap menonton film. Ya! Hanya semudah itu saya terinspirasi.

Kembali ke topik mistis! Ide awal untuk membuat film coba saya mulai untuk direalisir dengan mencoba mengetik sebuah naskah. Setelah mendapat benang merah dari naskah, saya mengontak kawan lama, teman sealmamater di semester satu. Saya mengontaknya karena saya tahu dia sudah beberapa tahun aktif di ranah audio-visual bersama kawan-kawan saya lainnya. Anak itu adalah Allan Soebakir. Saya temui dia dan lontarkan ide itu, ia pun merespon dengan positif, saya senang.

Setelah beberapa kali berdiskusi ala pinggiran a.k.a nongkrong, muncullah gagasan untuk memakai Jimi Multhazam di naskah yang saya tulis. Kami cukup berseri-seri. Berlanjut ke langkah selanjutnya, kebetulan dalam beberapa waktu kedepan mereka akan menggarap video klip band legendaris IKJ: Rumah Sakit. Kebetulan juga Rumah Sakit mengundang Jimi untuk in-frame di video mereka, PAS!

Syuting Rumah Sakit tersikat kelar, Allan mencuri sedikit kesempatan untuk menemui Jimi dan melontarkan ide, dialog pun terjadi, Jimi pun setuju untuk 'barter', ia main di film yang kami akan bikin dan dia pun kami buatkan video klip yang keren. dialog pun ditutup dengan pertukaran nomor telefon seluler, satu nomor dari Allan. Nah, pada momen itulah Allan menawarkan saya untuk menyutradarai video klip Morfem. Aid igal selam ngaradartusin ngitusan, aid uam produserin aja katanya.

Paham dimana letak mistisnya sejauh itu? Berapa banyak kejadian terjadi dengan sendirinya terjadi tanpa terencana sejauh ini?

Sineping edisi syuting Morfem adalah:
Haryono Putra
M. Zainal
Alfirazi Janji
Rison Risdiantoro
Allan Soebakir
Ratih
Toger
Zaki
Apit
Buluk
Joshua J. Johan